bookin.com

perlengkapan dapur Booking.com

Kamis, 17 September 2015

WARUNG KOPI

Bagaimana kalau hari ini kita ngopi?


     
         Hari ini saya bertemu teman baru, namanya Rizki. Dia seorang penjual sepatu keliling di daerah tempat kerja saya pasar baroe Jakarta pusat. Setiap jam 05.00 sore dia mulai berkeliling menjual sepatunya dan selesai sekitar jam 00.00 tengah malam, ketika itu setelah jam pulang kerja, kira-kira jam 19.30, saya tidak langsung pulang, saya sempatkan untuk ngopi bersama teman kantor di warung kopi langganan kami, lumayanlah untuk membuang setres akibat rutinitas kerja setiap hari, dan sedikit menggoda si penjual warung kopi yang lumayan cantik, he..he.. hus.. dasar buaya darat. ok kembali ke alam sadar.. ketika kami asyik mengobrol kemudian Rizki ini datang menghampiri saya untuk menawarkan sepatu yang ia jual, dia terlihat sigap dan lugas ketika menawarkan sepatunya kepada saya, saya pun tertarik untuk membeli karena kualitas dan harga sepatu yang ia jual bagus dan masuk akal, ditambah memang saya sedang membutuhkan sepatu baru, karena sepatu lama saya sudah mulai terlihat usang. Singkat kata, setelah selasai bertransaksi saya berkenalan dengan Rizki, kemudian mengajaknya untuk "ngopi bareng". Dia tinggal di sekitaran Pasar baroe juga, dia ngekos disini. Dan yang membuat saya takjub ternyata dia adalah seorang mahasiswa semester IV di perguruan tinggi negri ternama di Jakarta. yang menarik bagi saya, dia berjualan sepatu keliling untuk membiayai kuliah dan kehidupan sehari-harinya. Keasyikan kami mengobrol malam itu tanpa disadari telah larut malam kami berpamitan dia sempat memberi saya nomor hand phone, dan mengajak saya untuk mengunjungi rumahnya di daerah pondok indah dilain kesempatan. Setelah itu kami sering sharing tentang segala hal mengenai kehidupan, di hari minggu kami bertemu ditempat biasa kita ngopi, dia telah berjanji untuk mengajak berkunjung kerumahnya orang tuanya, kami berangkat menggunakn dua seedah motor saya berdua dengan teman saya yang lain sementara dia sendiri mengendarai motor, setibanya kami disana saya ditambah heran dengan tempat tinggal Rizki dia mengajak saya menuju perumahan pondok indah saya tahu orang-orang yang tinggal di daerah itu adalah golongan orang berada. Setelah tiba kami bertemu dengan orang tuanya Rizki kami berkenalan dan mengobrol rumahnya sangat mewah dan jauh dari kesan kekurangan, saya ditambah heran lagi ternyata ayah Rizki adalah seorang perwira tinggi di kepolisian. Saya ditambah kagum lagi dengan sosok pemuda yang satu ini, ternyata orang tuanya tidak mengetahui bahwa rizki berjualan sepatu keliling, bukan karena orang tuanya tidak membiayai kuliah rizki, tetapi rizki memilih menabungkan seluruh uang pemberian orangtuanya dan berusaha untuk membiayai kuliah dengan uang hasil jeripayahnya sendiri. Ada pertanyaan yang sangat menggangu saya yang saya ingin tanyakan kepada rizki, dia adalah seorang anak dari kalangan orang yang berada, tetapi memilih untuk mandiri dan mau berjualan sepatu keliling. Setelah pulang dari rumah orang tuanya, saya segera melontarkan pertanyaan itu kepada Rizki, yang memang sedari tadi ingin segera saya tanyakan kepadanya, dan taukah apa jawaban rizki mengenai pertanyaan itu, dia hanya menjawab seperti ini, “ Saya bukan siapa-siapa tanpa ayah saya, saya hanya ingin hidup mandiri, itu saja”. Niris memang disaat kebanyakan Mahasiswa yang orangtuanya dari kalangan berada, mereka malah berfoya-foya menghabiskan uang orang tuanya, bayak ilmu dan pengalan berharga dari rizki yang saya dapatkan mengenai arti kehidupan dan bagaimana cara menjalaninya, dan semua itu diawali dari warung kopi. Saya akui tulisan saya memang agak jelek, he..he.. ngaku.. maklumlah amatiran, alias baru belajar.Terima kasih untuk semuanya, semoga bermanfaat dan dapat menginspirasi kita semua, khususnya untuk penulis sendiri. Amiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak, dan berwibawa.